Minggu pertama

Kamis 4 Januari 2007

Minggu ini resolusi untuk bekerja keras dan rajin akhirnya tersendat dan ujung-ujungnya malah nonton film mumpung hari ini adalah hari kamis. Di Duesseldorf, hari selasa dan kamis adalah kinotag atau movie day alias kita bisa nonton lebih murah dibandingkan dengan hari-hari lainnya. Di cinestar misalnya, sebuah bioskop kesayanganku karena memutar film original atau tidak didubbing ke bahasa jerman, hari selasa dan kamis kita dapat menonton film dengan harga 4.5 euro (hari selasa) dan 5.5 euro (hari kamis) bandingkan dengan hari-hari biasa 7 euro, harga tiket pada saat weekend bisa mencapai 7.5 euro.

Bisa saja sih kalau dipaksakan nonton film Hollywood yang didubbing dalam bahasa Jerman, tetapi kok sayang uangnya ya. Sudah bayar mahal-mahal, tingkat pemahaman isi cerita tidak sampai 60% hihihi.... . Anyway sejak dulu aku maniak nonton apalagi saat tinggal di Jakarta, bisa sampai seminggu dua kali pergi ke TIM atau megaria buat nonton film. Waktu itu harga tiket kalau tidak salah Rp. 10.000 untuk TIM, sepertinya megaria malah lebih murah lagi (lupa.com) apalagi kalau hari senin kan ada nomat alias nonton hemat yang notabene lebih murah. Kalau nonton di Plaza senayan sih ngga mungkin bisa seminggu dua kali lah. Lagian filmnya kan sama saja, cuman tempatnya aja yang lebih mewah. Tapi psssttt, ngaku sih kalau aku lebih suka nonton di TIM dibanding dengan Megaria yang terkadang suka banyak nyamuknya, hihihihi...

Kenapa tidak nonton DVDnya saja? Itu juga sih. Hanya memang ada bedanya kalau nonton di bioskop, kita lebih konsentrasi dan fokus dengan filmnya, dan ngga sumpek karena minimal kita harus pergi ke luar, mandi atau minimal cuci muka dan pakai baju yang suitable. Biasanya apalagi kalo winter kita punya kecenderungan buat bergelung di depan TV sambil ngemil, pakai daster atau piyama, malas ke luar rumah dan akhirnya kena winter deppression. Tapi ya itu harus mensiasati supaya nontonnya selalu hemat. Kadang kami bawa makanan dan minuman sendiri yang kami selundupkan di tas, hihihi... biasanya kalau ngga potato chip, ya popcorn. Kalau beli popcorn di bioskop sih kantung jebol, jajannya bisa lebih mahal dari nontonnya. Cuman berdasarkan pengalaman yang lalu, popcorn yang kami bikin sendiri agak-agak bau gosong karena terlalu lama di microwave , alhasil penonton yang duduk bersebelahan dengan kami melirik-lirik curiga. Tengsin juga sih, hihihi..

Film yang aku tonton "Night at the museum". Filmnya keren abis menurutku (fantasy-comedy) dan semua umur. Bagi yang pernah nonton film Jumanji, night at the museum itu sebenarnya punya format yang mirip dengan Jumanji. Bahkan Robin Williams juga main di film ini mendampingi Ben Stiller (There's something about Marry, Along come Polly, Meet the Fockers) yang menjabat sebagai pemain utama.

Hari Jumat 5 Januari 2007

Pergi ke tempatnya Metta. Aku sudah cerita belum ya? Aku ketemu Metta pertama kali di pengajian Düsseldorf bulan ramadhan tahun lalu. Aku sore ini memang janjian ketemu Metta di rumahnya, buat tukar-tukaran DVD. Ternyata mbak Eva dan keluarganya pun datang hari ini buat masak-masak dan makan-makan. Tentu saja akhirnya aku pun memilih turut serta (untuk makan maksudnya). Mbak Eva mengadakan demonstrasi memasak ikan kembung goreng bumbu balado. Slurp, swear enakkkkkk banget. Tapi tetap aja tidak bisa diaplikasikan di rumah. Ada yang suka protes kalau memasak sesuatu yang masih ada matanya. Siapa cobaaaaa?


Photobucket - Video and Image Hosting

Ibu-ibu yang rajinnn, aku sih foto-foto aja hihihihi...

Photobucket - Video and Image Hosting
Ayo hitung, matanya ada berapa?

Hari Sabtu 6 Januari 2007

Hari ini aku dan si akang berencana pergi ke Wuppertal. Wuppertal adalah sebuah kota kecil berbatasan langsung dengan Duesseldorf. Meskipun sudah berada di Duesseldorf selama tiga tahun, aku belum pernah pergi ke Wuppertal yang hanya 25 km jauhnya dari Duesseldorf.
Keistimewaan kota ini adalah terletak pada sarana transportasinya. Wuppertal adalah satu-satunya kota di Jerman yang memiliki sky train sebagai sarana transportasi. Lintasan Sky train ini tepat terletak di atas sungai Wupper. Sistem transportasi sky train ini telah digunakan selama lebih dari seratus tahun. Pembangunan mulai dikerjakan pada tahun 1898 dan menghabiskan biaya sebanyak 16 juta DM (deutschmark), sekitar 8 juta euro. Sky train ini diresmikan pada tahun 1900 oleh kaisar Jerman pada saat itu, William II beserta istrinya Auguste Viktoria.
Seketika sky train sebagai sarana transportasi menjadi amat populer baik di dalam maupun hingga ke luar kota dan juga menjadi salah satu daya tarik kota Wuppertal dalam bidang pariwisata. Pada tahun 1950 sirkus Althof menggunakan sky train ini untuk mengiklankan sirkus mereka pada penduduk Wuppertal dengan membawa seekor gajah muda bernama Tuffi ke dalam sky train. Di tengah perjalanan, Tuffi malang itupun menjadi panik, memecahkan dinding kereta, meloncat bebas ke bawah, dan mendarat di sungai Wupper. Anyway, dia tetap hidup dan selamat, hanya mengalami luka kecil di pan*at (sumber: www. wuppertal.de)
Perasaan awal pada saat menaiki skytrain mirip dengan perasaan pabila kita menaiki roller coaster atau halilintar di Dunia Fantasi, tapi bedanya tidak ada lintasan yang tiba-tiba menanjak, hihihi.... . Kami menghabiskan waktu sekitar 35 menit dengan kecepatan sekitar 60 km/jam berkeliling kota menempuh perjalanan sekitar 13.3 km dalam 20 perhentian atau terminal hingga akhirnya kembali lagi ke main station. Di setiap perhentian atau terminal terasa juga sih si kereta agak terayun-ayun.

Photobucket - Video and Image Hosting

Tapi sayangnya pada saat kami pergi kesana, Wuppertal agak-agak terasa bronx begini ya. Ada cowok-cowok duduk-duduk di lantai di depan main station memanikur kuku dengan menggunakan pisau. Waks. Ada dua orang pria lainnya teramati membuang handbag ke dalam keranjang sampah. Ya, mungkin saja sih pacarnya bosan dengan handbag yang lama, terus menyuruh cowoknya untuk membuang saja handbagnya. Kurang meyakinkan sih. Kalau kami sih berpikir kalau mereka itu sepertinya copet. Akhirnya, melihat copet juga di Jerman dengan mata kepala sendiri Perasaanku sih agak absurd karena di Indonesia sendiri, aku terus terang belum pernah melihat copet secara langsung meskipun sering naik bis atau metro mini di Jakarta. Sepertinya teknik copet di Indonesia lebih hebat sepertinya, lebih tidak terlihat.

Comments

Neesha said…
Tp kan copet disana cakep2 ya mbak dibandingin copet di Indonesia?hihihh..:P tp tetep aja copett..:D
TomInta family said…
Halo... Ine...
thanks udah berkunjung ke blog ku.
kangen sama Bandung lengkap dengan cuanky nya? hihihi iya emang Bandung tuh ngangenin ya..

Btw saya jg pengen ke Wuppertal.. pengen itu naik sky train,
Irsyad jg mupeng pisan pengen liat n naik sky train.
Btw Inne,... saya kok familiar ya ama kamu.. anak smp 5 bukan sih? 1A dulunya?? bener gak? hehe punten klu salah ya..
TomInta family said…
astaga Inne.........huehuehue
kita sekelas waktu 1A.
lulus th 89 kan?
Inget sama shinta gak 1a? klu inget... itulah sayah hehehe.
mari berlanjut di email or YM, idmu apa ya?
Huahahahahaah eta ada reuni SMP

tah teh Intaaaaaaaa ntar kalo nengok saya di Düssi bisa ketemu ine juga doonggg

asikkkkkkk.....
eh malah ga komen blognya hihihi...waduhh sy teh dari dulu pengen nonton bioskop di jerman (biar pernah gituhhh :norek-red) MB tapi ga mau aja nihhh...ntar mah ntn sama kamu yahh...asikkkk

eh pas naik schwebebahn ga lieur? sy mah lieur kalo pas naik turunnya

Popular posts from this blog

Summary of August

Resolusi tahun baru

Akhirnya....