Apalah arti sebuah nama?
Jawabnya adalah terkadang bisa sangat berarti. Terkadang agak bingung juga menentukan gender seseorang dari nama. Untuk saya yang menjadi problem tentu saja nama Jerman, meskipun sebenarnya lebih mudah karena agak mirip di film-film. Gak mungkin kan kalau nama Richard, Jan, Heinrich itu perempuan. Tapi sebaliknya orang Jerman terhadap orang asing pasti selalu problematik. Tidak terhitung berapa banyak surat yang saya terima mengatasnamakan Herr. (Mr. kalau bahasa Inggrisnya sih) Ine Indriani. Banyak teman-teman saya juga mengalami hal yang sama.
Khusus buat si akang. Nama terkadang problematik juga. Ini adalah 2 contoh kasus yang menimpa kita.
Peristiwa 1:
Ine: Schatz, weekend ini ada teman yang satu program marine science dengan aku mau berkunjung ke rumah. Dia tinggal di Bremen. Namanya Dias.
Si Akang (SA): Ya, boleh aja.
Ine : Waktu kita sama-sama kursus bahasa Jerman di Frankfurt 2 bulan kita dekat banget. Ingat ngga waktu aku pertama datang, aku bela-belain ke Bremen pulang pergi naik wochenende Ticket buat ketemu Dias dan teman-teman lainnya.
SA : (kening mulai berkerut)
Ine : Kalau kamu sibuk pas weekend, mau ke tempat mama atau ke apotek gak papa kok. Gak usah nemenin kita. Paling aku ngobrol sama Dias aja di rumah atau mungkin jalan kemana gitu.
SA : (terlihat agak geram)
Ine : Beneran, gak usah maksain apalagi kalau kita pergi ke city dan liat2. Kamu kan paling benci window shopping
SA: (Kening makin berkerut) Tapi, Schatz. Bukannya dengan laki-laki yang bukan muhrim tidak dianjurkan buat bareng-bareng. Apalagi di rumah cuma berduaan, meskipun mungkin di Mexico gak masalah. Atau Diaz itu dari negara Amerika latin lainnya.
Ine : Gubrakkkkkkk. Dias itu perempuan dan orang Indonesia
SA: oooooooooooooooooooooooh
Peristiwa 2:
(Telefon berdering)
Ine : (masih bermalas-malas di tempat tidur) Angkat dong, Schatz. Kayaknya mama kamu deh.
SA : (lama berbicara di telefon, muka cemberut dan akhirnya memberikan gagang telefon)
Ine : bla-bla-bla (ngobrol beberapa saat di telefon dengan bu Ismi yang kabarnya mau naik haji dan hendak menyelenggarakan selamatan)
(Pembicaraan di telefon selesai)
Ine : Ada apa Arnulf? Kok cemberut? Tadi dia di telefon bilang apa? Tadi kamu bicaranya pakai bahasa Inggris atau Jerman?
SA : Campur-campur sih. Tapi yang nelepon itu kok kayak mau mainin saya yah. Saya berapa kali tanya ini siapa, sopan pula. Tapi dia cuman bilang 'It's me'. Saya tanya lagi, masih sopan dia tetap jawab 'It's me'. Sampai tiga kali saya nanyanya, jawabannya tetep sama. Saya kan suami kamu, masa gak boleh tau.
Ine : (icon ketawa guling-guling) Ya Allah, Arnulf. Nama ibu itu memang Ismi dan bukannya It's me.
Buat bu Ismi, selamat menunaikan ibadah haji ya, Bu. Maaf saya gak bisa datang pas selamatan. Semoga menjadi haji yang mabrur.
Khusus buat si akang. Nama terkadang problematik juga. Ini adalah 2 contoh kasus yang menimpa kita.
Peristiwa 1:
Ine: Schatz, weekend ini ada teman yang satu program marine science dengan aku mau berkunjung ke rumah. Dia tinggal di Bremen. Namanya Dias.
Si Akang (SA): Ya, boleh aja.
Ine : Waktu kita sama-sama kursus bahasa Jerman di Frankfurt 2 bulan kita dekat banget. Ingat ngga waktu aku pertama datang, aku bela-belain ke Bremen pulang pergi naik wochenende Ticket buat ketemu Dias dan teman-teman lainnya.
SA : (kening mulai berkerut)
Ine : Kalau kamu sibuk pas weekend, mau ke tempat mama atau ke apotek gak papa kok. Gak usah nemenin kita. Paling aku ngobrol sama Dias aja di rumah atau mungkin jalan kemana gitu.
SA : (terlihat agak geram)
Ine : Beneran, gak usah maksain apalagi kalau kita pergi ke city dan liat2. Kamu kan paling benci window shopping
SA: (Kening makin berkerut) Tapi, Schatz. Bukannya dengan laki-laki yang bukan muhrim tidak dianjurkan buat bareng-bareng. Apalagi di rumah cuma berduaan, meskipun mungkin di Mexico gak masalah. Atau Diaz itu dari negara Amerika latin lainnya.
Ine : Gubrakkkkkkk. Dias itu perempuan dan orang Indonesia
SA: oooooooooooooooooooooooh
Peristiwa 2:
(Telefon berdering)
Ine : (masih bermalas-malas di tempat tidur) Angkat dong, Schatz. Kayaknya mama kamu deh.
SA : (lama berbicara di telefon, muka cemberut dan akhirnya memberikan gagang telefon)
Ine : bla-bla-bla (ngobrol beberapa saat di telefon dengan bu Ismi yang kabarnya mau naik haji dan hendak menyelenggarakan selamatan)
(Pembicaraan di telefon selesai)
Ine : Ada apa Arnulf? Kok cemberut? Tadi dia di telefon bilang apa? Tadi kamu bicaranya pakai bahasa Inggris atau Jerman?
SA : Campur-campur sih. Tapi yang nelepon itu kok kayak mau mainin saya yah. Saya berapa kali tanya ini siapa, sopan pula. Tapi dia cuman bilang 'It's me'. Saya tanya lagi, masih sopan dia tetap jawab 'It's me'. Sampai tiga kali saya nanyanya, jawabannya tetep sama. Saya kan suami kamu, masa gak boleh tau.
Ine : (icon ketawa guling-guling) Ya Allah, Arnulf. Nama ibu itu memang Ismi dan bukannya It's me.
Buat bu Ismi, selamat menunaikan ibadah haji ya, Bu. Maaf saya gak bisa datang pas selamatan. Semoga menjadi haji yang mabrur.
Comments
udah diceritain tapi masih ketawa2 yah kekekeke
tadi sy cari dirimu setengah 4, ceunah mau pulang jam 4, ngke malem sy telp yahh
*ini komen apa sms yah? hihihi*
Ine.. aku lg sedih nih
MY
inot
Teh Ine ngiring ngadoakeun mugia lancar sidangna, kedap deui pan?.
Eh nepangkeun heula ah, pun lia :)
apa kabarnya ne? sukses? semoga sukses ya, ditunggu ceritanya, dan foto sekalian :)
dudul amat yah???
Rika