Kecewa

Pernahkah merasa dikecewakan? Pasti jawabannya adalah sering. Tapi yang paling menyakitkan adalah pada saat kita menolong seseorang dengan tulus tanpa mengharapkan balasan, tetapi orang yang sama tersebut kemudian menancapkan belati yang tajam tepat di punggung kita secara pengecut. Tapi demikianlah hidup ternyata. Bahkan untuk menolong pun kita harus berfikir dalam-dalam. Akankah tiba-tiba orang yang akan kita tolong ini tiba-tiba berbalik membokong kita dari belakang atau tidak? Haruskah kita menolong orang tersebut biarpun orang tersebut terkenal dengan keburukan hati ataupun kedengkian? Apakah pertolongan yang akan kita berikan akan berbalik menyerang diri kita?
Ada saja sih mungkin orang yang sangat baik hati dan kebal terhadap sakit hati dan perasaan-perasaan lainnya (coba tonton Les miserables), tetapi sebagai manusia biasa yang tidak punya aji kebal atau ilmu debus sehingga tahan tancapan senjata tajam atau luka-luka terutama di dalam hati yang sukar disembuhkan.
Saya paling tidak tahan sikap pengecut, paling tidak tahan. Paling tidak bisa bertoleransi dengan orang yang sengaja mengorbankan orang lain yang baru saja menolong dia demi mempertahankan dirinya sendiri.

Comments

Anonymous said…
Wah aku sering mengalami hal seperti ini waktu kerja sbg sukarelawan Leger des heils ( tempat penampungan sementara orang2 yg nggak punya rumah / gelandangan dll dan blijf van mijn lijf huis ( tempat penampungan wanita bersama anak2 yg masih kecil2 korban kekerasan rumah tangga ) ...di sini aku beberapa kali di tipu oleh orang2 yg sering aku bantu ....tentu saja mangkel !!!padahal aku kerja di situ nggak di gaji ...
Anonymous said…
Dalam hidup kita, jika ingin berbuat kebaikkan jangan diukur dengan imbalan yg akan kita dapat. Karena sering kali org yg kita beri kebaikan belum tentu akan membalas dgn kebaikkan pula. Bahkan mungkin kekecewaan yg akan kita dapat. Namun disitulah nilai terluhur dari sebuah kebaikan yg tanpa pamrih dimana Allah Swt akan melihatnya sebagai kebaikkan yg nilainya jauh lebih berharga dibanding dgn nilai ibadah yg disertai dgn prasangka buruk dan riya.
Anonymous said…
Dalam hidup kita, jika ingin berbuat kebaikkan jangan diukur dengan imbalan yg akan kita dapat. Karena sering kali org yg kita beri kebaikan belum tentu akan membalas dgn kebaikkan pula. Bahkan mungkin kekecewaan yg akan kita dapat. Namun disitulah nilai terluhur dari sebuah kebaikan yg tanpa pamrih dimana Allah Swt akan melihatnya sebagai kebaikkan yg nilainya jauh lebih berharga dibanding dgn nilai ibadah yg disertai dgn prasangka buruk dan riya.

sorry lupa td cantumin yg kasih comment ini aku ... ine aku hehheheeee

Metta Yuniaty
MY

Popular posts from this blog

Summary of August

Resolusi tahun baru

Akhirnya....